Thursday, 16 May 2013

Izinkan Anak Menunjukkan Ekspresi Marah


Perasaan marah pada anak harus disalurkan dengan cara-cara yang bisa diterima, bukan dengan cara kasar seperti membanting, berteriak, berkata kasar. Karena itu, penting bagi anak untuk dapat mengendalikan diri.

Si kecil memiliki kemampuan menguasai diri sejak ia sudah mampu mengenal emosi. Salah satu media perkenalan terhadap emosi adalah memberi berbagai ekspresi gambar wajah. Cara ini bisa diterapkan pada batita. Ikon smiley yang kerap digunakan saat mengirim SMS atau BBM juga bisa dimanfaatkan. Seperti wajah tersenyum menandakan emosi senang, wajah merah padam mengacu pada emosi marah, wajah murung menandakan emosi sedih.

Anak yang belum mampu melabelkan emosi atau perasaannya, terutama kesedihan, kekesalan, atau kemarahan, akan mengekspresikannya dengan cara sama, yaitu menangis. Pada saat ditanya mengapa si kecil menangis, ia hanya bisa menangis lantaran tidak tahu cara mengomunikasikannya.

Bantu anak Anda menyalurkan kemarahan dengan konstruktif, caranya:

* Sering-seringlah mengajak anak mengungkapkan emosi yang tampil di dirinya. "Aku sedang marah", "Aku sedang sedih". Ini merupakan latihan bagi anak untuk menyadari apa yang sedang terjadi dalam dirinya.

* Bila anak marah, izinkan ia menunjukkan ekspresi kemarahan dengan cara yang baik. Seperti berwajah marah sambil berkata, "Aku marah". Ajarkan anak untuk tidak mengungkapkan ekspresi kemarahan dengan cara berteriak, apalagi memukul orang lain.

* Minta si kecil mengungkapkan terus terang apa yang membuatnya marah, lalu berikan alternatif solusi. Perlahan ajak anak bicara, hargai perasaan si kecil, katakan bahwa Anda tahu ia marah. Ajarkan juga bahwa si kecil tak harus cemberut tanpa sebab, dan mulailah pancing si kecil bicara. Anda yang harus mengajarkan bagaimana seharusnya si kecil membicarakan emosinya. Anda memang terkesan bicara sendiri, tetapi itulah cara orangtua mengajarkan anak untuk mengungkapkan emosinya. Lama-lama anak akan memahami dan meniru cara Anda ketika ia marah atau sedih.

0 comments:

Post a Comment