Thursday, 16 May 2013

Mengatasi si Kecil yang Terus Menangis



Anak bukan miniatur orang dewasa. Menghadapinya diperlukan kesabaran dan toleransi yang tinggi. Kita tidak bisa memaksakan keinginan pada anak. Dunia anak berbeda dengan dunia orang dewasa. Dunia anak adalah dunia bermain. Penuh dengan kegembiraan dan senyum. Anak begitu polos dan lugu. Orang tua sangat berpengaruh besar terhadap kepribadian seorang anak. Perilaku negatif orang tua akan sangat cepat ditiru oleh anak. Jika ingin melihat bagaimana karakter orang dewasa, lihat saja anaknya. Anak adalah cermin perilaku orang tua. Perilaku yang dilakukan oleh orang tua akan diteladani anak.

Minggu pertama di bulan Agustus, saya menemani anak saya yang baru berusia 3,9 tahun masuk sekolah. Ia sekolah di Day Care (Taman Penitipan Anak) Taman Isola UPI Bandung. Bagi anak saya, ini merupakan pengalaman pertama sekolah. Sebelumnya, ia selalu bersama orang tua. Berpisah dengan orang tua tentu menjadi sesuatu yang sangat menyedihkan. Meskipun sebenarnya ia hanya beberapa jam di sekolah. Tidak ada perilaku lain yang dia tunjukkan, kecuali menangis. Ekspresi bagi seorang anak ketika bersedih salah satunya memang dengan cara menangis. Dengan menangis, dia berharap akan ada perhatian dari orang lain. lalu, bagaimana agar si kecil berhenti menangis? Perlu kiat dan cara khusus agar si kecil berhenti menangis. Ada beberapa kiat yang saya coba, secara sederhana saya tuliskan satu persatu.

Pertama, alihkan perhatian anak. Biasanya seorang anak akan tertarik pada suatu benda, misalnya: mainan mobil. Tunjukkan pada anak mainan mobil itu. Lalu deskripsikan secara sederhana tentang mobil. Ikuti cara-cara mendeskripsikan mobil seperti biasa yang dideskripsikan anak ketika bermain. Bisa dimulai dari kondisi mobil yang terlihat. Misalnya, lampu mobil: “dik, tuh lihat lampu mobilnya bagus sekali”. Lalu coba kita ajak berkomunikasi: “adik tahu tidak, bagaimana caranya agar lampu bisa menyala?”. Anak akan mencoba menjawab pertanyaan kita. Kalau tetap saja menangis, coba deskripsikan bagian mobil yang lain. Ulangi dengan sabar dan penuh kasih sayang.

Kedua, jangan membohongi anak. Ada orang tua yang sukanya jalan pintas, dengan cara memberi iming-iming yang sebenarnya tidak akan diberikan. Misal: “ayo berhenti nangisnya, nanti mama belikan mainan”. Anak mungkin akan segera berhenti menangis. Ia tidak lagi bersedih, karena orang tuanya akan membelikan mainan. Tapi, setelah ditagih anak diwaktu yang berbeda, orang tua akan berkilah dan tidak jadi membelikan mainan. Cara seperti itu akan membuat anak kecewa dan tidak percaya lagi kepada orang tuanya. Kalau anak sudah tidak percaya lagi kepada orang tuanya akan berakibat sangat buruk untuk perkembangan kepribadian. Anak akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tua, menjadi pembohong.

Ketiga, jangan menakut-nakuti anak. Ada juga orang tua yang suka menakut-nakuti anak, supaya si anak berhenti menangis. Misal: “jangan nangis terus, nanti dibawa pak polisi”. Anak akan berhenti menangis, karena takut pada polisi. Bahkan, cara seperti ini akan berdampak panjang. Anak tidak akan menghargai polisi. Orang tua harus memberikan pengertian secara sederhana kepada anak, bahwa polisi tugasnya bukan membawa anak yang menangis. Polisi tugasnya melayani masyarakat dan menjaga ketertiban. Ada juga orang tua yang suka menakut-nakuti anak dengan “hantu”. Anak sebenarnya tidak tahu apa itu hantu. Cara seperti itu hanya akan menimbulkan si anak tidak memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu.

Keempat, belai anak dengan kasih sayang dan penuh kesabaran. Jangan tinggalkan anak begitu saja ketika sedang menangis. Tapi, cobalah dekati dan pegang kepalanya dengan penuh kasih. Kalau perlu, dekap anak dengan penuh kasih sayang. Sambil kita belai, deskripsikan berbagai hal yang membuat dia senang. Misalnya, lingkungan sekolah yang penuh dengan keindahan. Ada taman, ada kolam ikan, ada tempat bermain, dan lain-lain. Ajak anak untuk membayangkan permainan-permainan yang dapat membuatnya senang. Sampaikan bahwa jika terus menangis, ia tidak bisa menikmati permainan dengan senang.

Itulah beberapa kiat sederhana agar si kecil tidak terus menangis. Tentunya, masih banyak cara yang dapat dilakukan. Masing-masing anak memiliki karakter yang berbeda. Orang tua biasanya akan lebih paham bagaimana karakter yang dimiliki anaknya. Menangis merupakan ekspresi kesedihan seorang anak. Layaknya orang dewasa, anak pun memiliki kesedihan. Biarlah anak menangis, itu manusiawi. Jangan paksa untuk berhenti menangis. Tapi, cobalah beri pengertian secara sederhana bahwa terus bersedih itu tidak baik. Orang tua jangan sekali-kali menganggap bahwa anak yang menangis adalah anak yang rewel dan bandel. Justru dengan menangis ia sedang mengembangkan kemampuan psikologis berupa rasa sedih. Hanya saja, orang tua harus berperan dalam mengembangkan mental anak agar tidak berdampak negatif.

Menemani anak sekolah, saya melihat cara yang beragam dari orang tua untuk menghentikan tangisan si kecil. Ada yang memberikan iming-iming tertentu, ada yang menakut-nakuti, dan ada juga yang tega membiarkan begitu saja anaknya menangis di Day Care. Di sekolah memang ada guru (biasa dipanggil ‘Miss’) yang menangani secara khusus ketika anak menangis. Namun, menurut saya sebaiknya orang tua juga harus bekerja sama agar tidak memberatkan tugas guru di sekolah. Perilaku anak memang unik, begitu lugu dan polos. Tugas orang tua yang akan membentuk kepribadiannya. Anak adalah permata hati, dambaan setiap pasangan rumah tangga. Siapa rela anak berperilaku negatif? Sebagai orang tua saya selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak saya. Perkembangan kepribadian mereka sangat tergantung bagaimana saya memberikan pendidikan.

0 comments:

Post a Comment